Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal,
manusia Indonesia saat itu hidup sangat sulit karena beberapa hal, diantaranya:
1. keadaan alam masih belum stabil
2. Letusan gunung berapi masih sering terjadi
3. Aliran sungai kadang-kadang berpindah sejalan dengan
perubahan bentuk bumi.
Karena sulitnya untuk mencari makanan, pertumbuhan
populasi manusia Indonesia sangat sedikit dan banyak yang meninggal dan
akhirnya punah.
Ciri manusia pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan:
1. Selalu berpindah-pindah mencari daerah baru yang dapat
memberikan makanan yang cukup.
2. Pada umumnya mereka bergerak tidak terlalu jauh dari
sungai-sungai, danau atau sumber-sumber air yang lain, karena beberapa hal
yakni:
a. Binatang
buruan selalu berkumpul di dekat sumber air
b. Selain itu,
sungai dan danau juga merupakan sumber makanan, karena terdapat banyak ikan di dalamnya.
c. Lagi pula
di sekitar sungai biasanya tanahnya subur dan ditumbuhi tanaman yang buahnya
atau umbinya dapat dimakan.
3. Ada juga yang memilih gua-gua sebagai tempat sementara
berdasarkan penemuan kerangka manusia yang dikuburkan, rupanya mereka sudah
mengenal semacam sistem kepercayaan.
4. Tumpukan bekas makanan berupa kulit kerang banyak
ditemukan di pantai atau di tepi sungai.
5. Lama kelamaan kelompok manusia berburu dan
mengumpulkan makanan menunjukkan tanda hidup menetap, suatu perkembangan ke
arah masa bercocok tanam.
Ciri-ciri manusia purba pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan
1. Mereka telah mulai lebih lama tinggal di suatu tempat.
2. Ada kelompok-kelompok yang bertempat tinggal di daerah
pantai
3. Ada pula yang memilih tempat tinggal di daerah
pedalaman.
4. Mereka yang tinggal di daerah pantai makanan utamanya
berupa kerang dan ikan laut.
5. Bekas tempat tinggal mereka dapat ditemukan kembali,
karena dijumpai sejumlah besar kulit-kulit kerang yang menyerupai bukit kulit
kerang serta alat-alat yang mereka gunakan. Sisa-sisa makanan yang berupa
timbunan atau gugusan kulit kerang itu disebut kjokkenmodinger, yang artinya sampah dapur.
6. Ada pun sisa alat-alat yang ditemukan dalam gugusan
kulit kerang antara lain berupa anak panah atau mata tombak yang berbentuk
khusus untuk menangkap ikan.
7. Kelompok yang memilih bertempat tinggal di daerah
pedalaman pada umumnya memilih tempat tinggal di tepian sungai-sungai.
8. Kelompok yang
bergerak lebih ke pedalaman lagi, sisa-sisa budayanya sering ditemukan di dalam
gua-gua yag mereka singgahi dan untuk tempat tinggal sementara dalam
pengembaraan mereka.
9. Gua-gua ini letaknya pada lereng-lereng bukit yang cukup
tinggi, sehingga untuk memasuki gua-gua itu diperlukan tangga-tangga yang dapat
ditarik ke dalam gua, jika ada bahaya yang mengancam. 10. Untuk menghadapi berbagai
ancaman, manusia itu hidup berkelompok dan jumlahnya tidak terlalu banyak.
11. Biasanya mereka berada agak lama di daerah yang mengandung cukup banyak bahan
makanan, terutama umbi-umbian dan dedaunan, dekat sumber air, serta dekat
dengan tempat-tempat mangkal binatang buruan. Mereka kemudian akan melakukan
pengembaraan atau berpindah ke tempat lain.
12. Di tempat sementara ini, kelompok
berburu biasanya tersusun dari keluarga kecil dengan jumlah kurang lebih 20
sampai 50 orang.
13. Tugas berburu binatang dilakukan oleh orang laki-laki
sedangkan orang perempuan bertugas mengumpulkan makanan, mengurus anak, dan
mengajari anaknya dalam meramu makanan.
14. Ikatan kelompok pada masa ini sangat
Ciri-ciri Kehidupan Manusia Praaksara Pada Masa Bercocok
Tanam
1. Kelompok-kelompok kecil pada masa bercocok tanam makin
bertambah besar, karena masyarakat telah mulai menetap dan hidup lebih teratur.
2. Kelompok-kelompok perkampungan tumbuh menjadi
kesatuan-kesatuan yang lebih besar misalnya klan, marga dan sebagainya yang menjadi
dasar masyarakat Indonesia sekarang.
3. Kehidupan masyarakat menjadi semakin kompleks setelah
mereka tidak saja tinggal di goa-goa, tetapi juga memanfaatkan lahan-lahan
terbuka sebagai tempat tinggal.
4. Dengan bertempat tinggal menetap mereka mempunyai kesempatan
yang lebih banyak untuk mengembangkan teknologi pembuatan alat dari batu.
5. Cara hidup berburu dan meramu secara berangsur-angsur
mulai ditinggalkan. Mereka memasuki tahapan baru yaitu bercocok tanam ini
merupakan peristiwa penting dalam sejarah perkembangan dan peradaban manusia.
6. Dengan penemuan-penemuan baru, mereka dapat menguasai
alam, terutama yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup mereka.
7. Beragam jenis tumbuhan
mulai dibudidayakan dan bermacam- macam binatang mulai dijinakkan.
8. Dengan
perkembangannya cara bercocok tanam dan bertani, berarti banyak hal yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut yang tidak mungkin dapat
dipenuhi sendiri. Kondisi inilah yang kemudian mendorong munculnya
kelompok-kelompok spesialis atau undagi, misalnya kelompok ahli pembuatan
rumah, pembuatan gerabah, dan pembuatan alat-alat logam.
9. Pada tahapan berikutnya, kegiatan pertanian
membutuhkan satu organisasi yang lebih luas yang berfungsi untuk mengelola dan
mengatur kegiatan pertanian tersebut. Dari organisasi itu kemudian menumbuhkan
organisasi masyarakat yang bersifat chiefdoms atau masyarakat yang sudah
berkepemimpinan.
10. Dalam masyarakat yang demikian itu sudah dapat
dibedakan antara pemimpin dan yang dipimpin. Pengakuan terhadap pemimpin tidak
sekadar karena faktor keturunan, tetapi juga dianggap mempunyai kekuatan yang
lebih dan berkedudukan tinggi. Para pemimpin tersebut sesudah meninggal
arwahnya tetap dihormati karena kelebihan yang dimilikinya itu.
11. Untuk menghormati sang arwah, dibangunlah
tempat-tempat pemujaan seperti tampak pada peninggalan-peninggalan punden
berundak. Selain dapat menunjukan tempat pemujaan arwah, keberadaan punden
berundak juga dapat menjadi bukti adanya masyarakat yang sudah berkepemimpinan.
Punden berundak merupakan bangunan tempat melakukan upacara bersama. Dalam
melaksanakan upacara itu, juga dipimpin oleh seorang pemimpin yang disegani
oleh masyarakatnya.
12. Pada masa itu ada kemungkinan sudah terbentuk
desa-desa kecil. Pada mulanya hanya bentuk rumah agak kecil dan berdenah
melingkar dengan atap daun-daunan. Kemudian rumah seperti itu berkembang dengan
bentuk yang lebih besar yang dibangun di atas tiang penyangga. Rumah besar ini
bentuknya persegi panjang, dihuni oleh beberapa keluarga inti. Di bawah tiang
penyangga rumah digunakan untuk memelihara ternak. Apabila musim panen tiba
mereka berpindah sementara di dekat ladang-ladang dengan membangun rumah atau
gubuk-gubuk darurat. Binatang-binatang piaraan mereka juga dibawa.
13. Tidak menutup kemungkinan pada masa itu, mereka sudah
menggunakan bahasa untuk komunikasi. Para ahli menduga bahwa pada masa bercocok
tanam menetap ini, mereka sudah menggunakan bahasa Melayu-Polenesia atau rumpun
bahasa Austronesia.
14. Pada masa bercocok tanam mulai muncul
kelompok-kelompok profesi, hubungan perdagangan, dan adanya kontak-kontak
budaya yang menyebabkan kegiatan masyarakat semakin kompleks.
Ciri-ciri Kehidupan Manusia Praaksara Pada masa
perundagian
1. Masyarakat telah hidup di desa-desa di daerah
pegunungan, dataran rendah dan tepi pantai.
2. Susunan masyarakatnya makin teratur dan terpimpin.
Masyarakat dipimpin oleh ketua adat yang merangkap sebagai kapala daerah. Ketua
adat dipilih oleh masyarakat, yaitu orang tua yang banyak pengetahuan dan
pengalamannya mengenai adat dan berwibawa terhadap masyarakat. Kepala daerah
yang besar wibawanya kemudian membawahi kepala-kepala daerah lainnya dan makin
besar kekuasaannya. Ia bertindak seperti seorang raja dan itulah permulaan
timbulnya raja-raja di Indonesia.
3. Untuk menaikkan derajat dalam masyarakat, orang
berusaha membuat jasa sebanyak-banyaknya, biasanya dengan melakukan hal-hal
atau perbuatan-perbuatan luar biasa dan memperlihatkan keberaniannya sehingga
mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh kedudukan sebagai pemimpin. Misalkan
dalam perburuan binatang buas sepert harimau.
4. Sering melakukan upacara khusus dalam acara penguburan
mayat para pemimpin mereka, menunjukan bahwa masyarakat pada waktu itu telah
memiliki norma-norma dalam kehidupan, terutama sikap menghargai kepemimpinan
seseorang.
5. Berkembang norma kegotong-royongan yang menunjukan
masyarakat telah mengenal suatu peraturan yang harus ditaati oleh semuanya.
6. Salah satunya adalah peraturan dalam penguburan mayat
di tempayan. Penguburan dalam tempayan ini hanya dilakukan terhadap orang-orang
yang berkedudukan penting dalam masyarakat. 7. Selain itu, terdapat juga aturan
dalam penggunaan harta kekayaan. Penguasaan dan pengambilan sumber penghidupan
diatur menurut tata tertib dan kebiasaan masyarakat. Pemakaian barang-barang
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari didasarkan atas sifat magis dari
barang-barang tersebut.
8. Pada masa perundagian, manusia purba sangat taat
kepada adat diantaranya adat gotong-royong, tolong menolong, sambat-sinambat.
Sumber :
Supriyadi, Marwan. 2009. Sejarah 1 : Untuk SMA/ MA kelas
x. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
0 Komentar